Sabtu, 20 Maret 2010

proses netasnya anak ayam

Masa pengeraman selama 21 hari merupakan masa yang sangat kritis untuk menentukan kelahiran seekor anak ayam. Embrio di dalam telur ini tumbuh secara luar biasa setiap harinya sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam.

Berikut ini Secara garis besar, menyampaikan perkembangan embrio selama pengeraman sampai akhirnya jadi anak ayam yang mungil.


Pada hari ke-1 sejumlah proses pembentukan sel permulaan mulai terjadi. Sel permulaan untuk sistem pencernaan mulai terbentuk pada jam ke-18. pada jam-jam berikutnya, secara berturut-turut sampai dengan jam ke-24, mulai juga terbentuk sel permulaan untuk jaringan otak, sel permulaan untuk jaringan tulang belakang, formasi hubungan antara jaringan otak dan jaringan syaraf ,formasi bagian kepala, sel permulaan untuk darah, dan formasi awal syaraf mata.

Pada hari ke-2 embrio mulai bergeser ke sisi kiri, dan saluran darah mulai terlihat pada bagian kuning telur. Perkembangan sel dari jam ke-25 sampai jam ke-48secara berurutan adalah pembentukan formasi pembuluh darah halus dan jantung, seluruh jaringan otak mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat,dan mulai juga terbentuk formasi tenggorokan.

Lalu pada hari ke-3 dimulainya pembentukan formasi hidung, sayap, kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah menutup seluruh bagian embrio.





Selanjutnya pada hari ke-4 sel permulaan untuk lidah mulai terbentuk. Pada masa ini, embrio terpisah seluruhnya dari kuning telur dan berputar ke kiri. Sementara itu, jaringan saluran pernafasan terlihat mulai menembus selaput cairan.


Kemudian pada hari ke-5 saluran pencernaan dan tembolok mulai terbentuk. Pada masa ini terbentukpula jaringan reproduksi. Karenanya sudah mulai dapat juga ditentukan jeniskelaminnya.



Lantas hari ke-6 pembentukan paruh dimulai. Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu,embrio mulai melakukan gerakan-gerakan.










Berikutnya hari ke-7, ke-8, dan ke-9 jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain itu, perut mulai menonjol karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulaimembuka.

Ketika hari ke-10 dan ke-11 paruh mulai mengeras, jari-jari kaki sudah mulai sepenuhnya terpisah, danpori-pori kulit tubuh mulai tampak.



Saat hari ke-12 Jari-jari kaki sudah terbentuk sepenuhnya dan bulu pertama mulai muncul.






Hari ke-13 dan ke-14 sisik dan kuku jari kaki mulai terbentuk. Tubuh pun sudah sepenuhnyaditumbuhi bulu. Pada hari ke-14, embrio berputar sehingga kepalanya tepatberada di bagian tumpulnya telur.

Hari ke-15 jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio.






Waktu hari ke-16 dan ke-17 sisik kaki, kuku, dan paruh semakin mengeras. Tubuh embrio sudah sepenuhnya tertutupi bulu yang tumbuh. Putih telur sudah tidak ada lagi, dan kuning telur meningkat fungsinya sebagai bahan makanan yang sangat pentingbagi embrio. Selain itu, paruh sudah mengarah ke rongga kantung udara, selaput cairan mulai berkurang, dan embrio mulai melakukan persiapan untukbernafas.


Ketika hari ke-18 dan ke-19 pertumbuhan embrio sudah mendekati sempurna. Kuning telur mulai masukke dalam rongga perut melalui saluran tali pusat. Embrio juga semakin besar sehingga sudah memenuhi seluruh rongga telur kecuali rongga kantung udara.

Kala hari ke-20 kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yanghampir menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan, dan mulai bernafas menggunakan udara di kantung udara. Saluran pernafasan mulai berfungsi dan bekerja sempurna.

Akhirnya hari ke-21 Anak ayam menembus lapisan kulit telur dan menetas.
kutipan artikel dari infovet dan UKP/YR.

Sistim Reproduksi dan lamanya perjalanan sebutir telur.

Sistem reproduksi ayam jantan berupa testes ductus (vas) deferens, dan ogan kopulasi yang bentuknya rudimenter ( belum sempurna ). ayam tidak mempunyai penis. Sperma diproduksi di dalam testis, disalurkan ke luar tubuh melalui ductus deferens yang bermuara pada papilla. Perkawinan ayam jantan dengan ayam betina pada hakikatnya ialah mempersatukan dua kloaka untuk memungkinkan pemancaran sistem yang mengandung sperma.

Sistem reproduksi ayam betina terdiri atas ovarium dan oviduk. Ovarium yang mengandung sekitar 1.000-3.000 folikel dan di dalam folikel terdapat kuning telur (yolk). Ukuran folikel berkisar dari yang mikrokopik hingga yang sebesar yolk, tergantung pada tingkat kemasakan yolk di dalamnya. Setelah sebuah yolk diovulasikan, kemudian diterima oleh infudibulum dan melewati bagian-bagian lain dari oviduk, menjadi telur yang sempurna yang dikeluarkan melalui anus.

Ovarium dan oviduk.
[left]Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Oviduk adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur, dan pembentukan kerabang telur. Pada unggas umumnya dan pada ayam khususnya, hanya ovarium kiri yang berkembang dan berfungsi, sedangkan yang bagian kanan mengalami rudimenter.

- Ovarium.
Ovarium pada ayam dinamakan juga folikel. Bentuk ovarium seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Besar ovarium pada saat ayam menetas 0,3 g kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 g pada tiga minggu sebelum dewasa kelamin.
Ovarium terbagi dalam dua bagian, yaitu cortex pada bagian luar dan medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat sel-sel telur. Jumlah sel telur dapat mencapai lebih dari 12.000 buah. Namun, sel telur yang mampu masak hanya beberapa buah saja (pada ayam dara dapat mencapai jutaan buah).
Folikel akan masak pada 9-10 hari sebelum ovulasi. Karena pengaruh karotenoid pakan ataupun karotenoid yang tersimpan di tubuh ayam yang tidak homogen maka penimbunan materi penyusun folikel menjadikan lapisan konsentris tidak seragam. Proses pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh darah diakumulasikan di ovarium sebagai volikel atau ovum yang dinamakan yolk (kuning telur).
Dikenal tiga fase perkembangan yolk, yaitu fase cepat antara 4-7 hari sebelum ovulasi dan fase lambat pada 10-8 hari sebelum ovulasi, serta pada 1-2 hari sebelum ovulasi. Akibat perkembangan cepat tersebut maka akan terbentuk gambaran konsentris pada kuning telur. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kadar xantofil dan karotenoid pada pakan yang dibelah oleh latebra yang menghubungkan antara inti yolk dan diskus germinalis.
Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi. Robeknya stigma ini dikontrol oleh hormon LH. Melalui pembuluh darah ini, ovarium mendapat suplai makanan dari aorta dorsalis. Material kimiawi yang diangkut melalui sistem vaskularisasi ke dalam ovarium harus melalui beberapa lapisan, antara lain theca layer yang merupakan lapisan terluar yang bersifat permeabel sehingga memungkinkan cairan plasma dalam menembus ke jaringan di sekelilingnya. Lapisan kedua berupa lamina basalis yang berfungsi sebagai filter untuk menyaring komponen cairan plasma yang lebih besar. Lapisan ketiga sebelum sampai pada oocyte adalah lapisan perivitellin yang berupa material protein bersifat fibrous (berongga).
Dalam membran plasma, oocyte (calon folikel) berikatan dengan sejumlah reseptor yang akan membentuk endocitic sehingga terbentuklah material penyusun kuning telur. Sehingga besar penyusutan kuning telur adalah material granuler berupa high density lipoprotein (HDL) dan lipovitelin. Senyawa ini dengan ion kuat dan pH tinggi akan membentuk kompleks fosfoprotein, fosvitin, ion kalsium, dan ion besi. Senyawa-senyawa ini membentuk vitelogenin, yaitu prekursor protein yang disintesis di dalam hati sebagai respon terhadap estradiol.
Komponen vitelogenin lebih mudah larut dalam darah dalam bentuk kompleks lipida kalsium dan besi. Oleh adanya reseptor pada oocyte, akan terbentuk material kuning telur. proses pembentukan vitelogenin ini dinamakan vitelogenesis.
Penyusun utama kuning telur adalah air, lipoprotein, protein, mineral, dan pigmen. Protein kuning telur diklasifikasikan menjadi dua kategori:
1. Livetin, yakni protein plasmatik yang terakumulasi pada kuning telur dan disintesis di hati hampir 60% dari total kuning telur.
2. Phosvitin dan lipoprptein yang terdiri dari high density lipoprotein (HDL) dan low density lipoprotein (LDL) yang disebut pula dengan granuler dan keduanya disintesis dalam hati. Pada ayam dewasa bertelur setiap hari disintesis 2,5 g protein/hari melalui hati. Sintesis ini dikontrol oleh hormon estrogen. Hasil sintesis bersama-sama dengan ion kalsium, besi dan zinc membentuk molekul kompleks yang mudah larut kemudian masuk ke dalam kuning telur.
Adapun urutan perjalanan terbentuknya sebutir telur pada saluran reproduksi ayam betina adalah sebagai berikut:
a. Infundibulum/papilon : panjang 9 cm fungsi untuk menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina. Kuning telur berada di bagian ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.
b. Magnum : bagian yang terpanjang dari oviduk (33cm). Magnum tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih telur terjadi disini. Mukosa dan magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.
c.Isthmus: mensekresikan membran atau selaput telur. Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan dengan magnum berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir dari isthmus mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.
d. Uterus : disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. Pada bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu dehidrasi putih telur atau /plumping/ kemudian terbentuk kerabang (cangkang) telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20 – 21 jam.
e. Vagina: bagian ini hampir tidak ada sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan kutikula. Telur melewati vagina dengan cepat, yaitu sekitar tiga menit, kemudian dikeluarkan (/oviposition/) dan 30 menit setelah peneluran akan kembali terjadi ovulasi.
f. Kloaka: merupakan bagian paling ujung luar dari induk tempat dikeluarkannya telur. Total waktu untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab mengapa ayam tidak mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu, saluran reproduksi ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian kiri yang mampu berkembang. Padahal, ketika ada benda asing seperti /yolk/ (kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria bagian belakang.
Kutipan dari artikel penelitian USU.

Rekayasa Genetika

Pemuliaan Ternak

Kenapa ternak kita hasilnya acak-acakan dan banyak yang tidak memenuhi keinginan ???
Hasil tidak seragam, dan kualitas mutunya lambat laun terasa semakin menurun…
Kebanyakan peternak di Indonesia sangat fanatik dgn trah juara. Juara VS Juara, tapi anakannya tidak ada yg juara… Ini menimbulkan pertanyaan tersendiri...

Salah satu penyebabnya mungkin karena indukan kita geno-typenya tidak seragam alias acak-acakan. Itulah sebabnya diperlukan ternak dgn "rekayasa genetik" untuk menyeragamkan geno-type melalui proses ternak yg lebih terpadu, tersistematis atau terpola dengan baik. Bukan sekedar ayam menangan saja.

ini ada artikel mengenai teknik2 breeding (beternak) dgn cara yg lebih sistematis sehingga bisa juga disebut sebagai ‘Rekayasa Genetika’.
Mungkin saja diantara ada yg lebih berpengalaman dan menemukan cara ternak yg lebih baik. Tapi minimal, artikel ini bisa menjadi sebuah wawasan baru mengenai bagaimana cara beternak yg baik dgn teknik modern sesuai dgn teori genetika.

Sebelum dilanjut, ada baiknya kita mengenal dulu beberapa kosa kata yg ada dalam artikel ini agar tdk terjadi salah penafsiran.

Inbreed : Perkawinan antara dua individu yg memiliki hubungan darah sangat dekat. Yaitu : Ibu dgn anak, bapak dgn anak dan anak vs anak.

Line breed : Perkawinan dua individu yg memiliki hubungan darah tidak terlalu jauh. Contoh : Kakek vs cucu, paman vs keponakan, dll.

Cross breed : Perkawinan antara 2 individu yg tidak memiliki hubungan darah. Atau minimal hubungan darahnya terlalu jauh.

Super breed : Individu yang selalu mampu menurunkan sifat2 terbaik pada keturunannya.

Super fight : Individu yang diproyeksikan khusus untuk lomba/tarung


Artikel ini ditulis oleh Steven van Breemen, sesuai dgn pengalamannya berternak merpati pos di Eropa sana. Dituangkan dalam buku berjudul Mini Course The Art of Breeding.
Meskipun hewan yg digunakan adalah merpati, tapi saya rasa bisa diterapkan pada Ayam. Mengingat kedua spesies ini banyak memiliki kesamaan.

Berikut ringkasannya :

Steven Van Breemen mengembangkan sebuah metode ternak yang disebut : "population genetics".

Tujuan metode ini adalah membangun suatu populasi yang ada dalam kandang dengan ciri-ciri genetika yang kurang lebih sama (homogen). Misalnya, kalau kita punya 50 ayam di kandang, maka semuanya mempunyai ciri kualitas karakter yang relatif sama (tentu tidak 100 % sama, tapi kalaupun berbeda tidak terlalu jauh). Dari kesamaan karakter ini, kita akan mampu memunculkan hasil ternak yang selalu stabil mutunya. Artinya, kita bisa mendapatkan stok super breeder unggulan yang pada akhirnya mampu memunculkan super fight.


Metode ini merupakan pengembangan dari teori Gregory Mendel yg dimodifikasi. Aplikasinya dengan menggunakan prinsip Cross Breed, Inbreed dan Line breed secara sistematis dan tercatat dgn detail.
Menurut Mr. Steven, bila kita sukses mengembangkan metode ini, maka kita akan ongkang2 kaki bisa menikmati hasilnya selama 20 tahun lebih…!!

Teori population genetics hanya cocok diterapkan oleh breeder yang serius, konsisten dan mempunyai visi jauh ke depan. Jadi harus diawali dengan suatu angan-angan tentang kualitas ayam yg nantinya ingin kita hasilkan.

Berikut penerapannya di lapangan :

Tahapan ternak berdasar teori ini :
1. Cross breed I -----> 2. inbreed -----> 3. line breed -----> 4. cross breed II

1. Cross breed I
Sebelum mulai ternak, kita harus berkhayal dulu. Berkhayal tentang seperti apa typical karakter ayam terbaik yang kita idam2kan. Bukan sekedar ikut2an hanya melihat ayam juara yang ada. Ayam juara belum tentu sempurna. Maka khayalan kita harus jauh lebih bagus dari sekedar juara. Agak idealis kelihatannya, tapi inilah cita cita yang harus dicapai, bagaimanapun sulitnya.

Untuk cross breed I,
carilah pasangan indukan sesuai dgn kriteria khayalan kita tsb. Memakai ayam juara lebih dianjurkan. Tapi jangan asal comot!!!. Ayam juara banyak ragam typikal kerjanya. Misalkan ingin punya ayam dgn pukul keras, maka carilah ayam juara yg tipikal kerjanya pukul keras. Kemudian cari juga pasangan betinanya yg keturunan ayam pukul keras.
Hasil dari cross breed 1 ini diharapkan muncul ayam2 dgn karakter pukul keras secara merata pada anakannya.

Cross breed 1 ini dianggap tahap yg paling penting utk pondasi tahapan breeding berikutnya. Hasil anakan 75% harus rata karakternya. Ini untuk menghindari resiko besar pada tahapan breeding selanjutnya (inbreed), dan menghindari set back yg bisa membuang waktu percuma.

2. Inbreed :
Tujuan inbreed adlh mencetak breeder (parental stock) yg menyatukan sifat2 positif yg dimiliki agar lebih kuat daya turun ke anaknya (dominan).
Hasil inilah yg disebut 'investasi', modal dasar dan aset ternakan kita yg sangat berharga. Anakan hasil inbreed, biasanya tidak memiliki ‘vitalitas’. Yaitu rentan terhadap penyakit, dan fisik/staminanya loyo. Ini tidak menjadi masalah, karena tujuan utamanya adalah untuk parental stock, bukan untuk dijadikan fighter. Sukur2 kalo ternyata hasilnya bisa jadi petarung. Pada akhirnya, kurangnya vitalitas ini dapat diperbaiki melalui tahapan berikutnya.

3. Line breed :
Setelah dapat 'modal' dari inbreed, diperkuat lagi dgn line breed. Bila dipasangkan (misalnya) dgn paman yg punya pukul keras, hasilnya sudah bisa dipastikan : ayam dgn karakter pukul sempurna yg sangat dominan. Mungkin inilah yg dimaksud oleh Steven sebagai 'super breed'. Yaitu ayam yg memiliki daya turun breeding yg kuat thdp anak2nya.

4. Cross breed 2 :
Super breed ini boleh dicoba utk disilang dgn ayam dari trah lain (cross breed ke 2). Tujuannya utk menambah daya vitalitas dan menyempurnakan karakter. Kalau di cross dgn ayam lain yg pukul keras, hasilnya pasti ayam dgn pukulan sempurna. Kalau di cross dgn ayam yg sifatnya agak berbeda, -teknik bagus misalnya- maka pukul kerasnya tidak akan hilang. Justru kita berharap ayam dgn tipikal pukul keras dan teknik bagus. Inilah yang dimaksud Mr. Steven sebagai ‘Super fighter’.


Beberapa prinsip yg harus dipahami :

1. Tujuan utama teori population genetics adalah untuk melestarikan karakter/sifat-sifat unggul dari indukan (untuk mudahnya kita pake saja istilah "geno-type") , bukan mempertahankan ciri-ciri fisik (feno-type). Dgn kata lain, tujuan teori ini adlh menciptakan ‘super ‘breeder’.

2. Inbreeding pada prinsipnya adalah upaya menggabungkan sifat-sifat/ karakter 2 individu yang berbeda, baik karakter yang positif maupun negatif. (Ingat, tidak ada ayam yg sempurna). Oleh karenanya rumus inbreeding adalah "the best vs the best". Mr. Breemen memakai istilah super breeder vs super breeder. Yang kedua, super breeder harus mempunyai karakteristik yg dapat mendukung "khayalan" kualitas ayam yg ingin dihasilkan dari ternak kita. Misalnya kalau kita menghayalkan bahwa hasil ternakan kita harus teknik bagus, maka cari indukan yg teknik bagus. Kalau sekarang belum memiliki atau belum mampu memiliki indukan yg "ideal", menurut saya tidak perlu khawatir karena kualitas indukan dapat diperbaiki melalui cross-breeding.
Mungkin ada yg bertanya, kalau kita sudah punya "super breeder" kenapa tidak itu saja diternak dan nggak perlu repot-repot pake teori population genetics??
jawab : Kalau tujuan kita ternak hanya jangka pendek memang teori population genetics tidak perlu, tapi seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan kita adalah jangka panjang. Perlu diingat bahwa super breeder yg kita punya suatu saat akan mati, mandul, atau sakit. Kalau ini terjadi maka kita kehilangan modal. Itu sebabnya banyak peternak besar yg gagal mempertahankan standard kualitasnya dan terus menurun. Dan banyak ayam2 juara yg terputus generasinya.

3. Cross-breeding yg pertama adalah pada saat awal memulai ternak dimana indukan berasal dari dua darah (strain) yg berbeda sedangkan cross-breeding yg kedua dilakukan dengan dua tujuan, yaitu apabila kita ingin memproduksi petarung dan untuk memperbaiki kualitas darah yg sudah ada (menambahkan elemen baru atau "additive characteristics" yg sudah ada).

4. Aplikasi teori population genetics menuntut adanya sistem seleksi yg ekstra ketat. Beberapa waktu yg lalu ada pendapat yg mengatakan untuk bisa memakai sistem inbreeding, maka kita harus menjadi ahli "membunuh". Istilah ini sebenarnya hanya untuk memberikan tekanan bahwa anakan yg akan melanjutkan generasi indukan harus diseleksi secara ketat. Pilihlah anak betina yg mirip bapaknya dan anak jantan yg mirip ibunya. Yang perlu dipahami, pengertian "mirip" disini bukan mirip secara fisik, tapi yg lebih penting adalah karakternya (tetapi kalau secara fisik juga mirip ya tidak apa-apa). Di sini lagi-lagi diperlukan "feeling" dan keahlian dalam melakukan seleksi. Agar kita bisa melakukan seleksi, misalnya untuk mengambil 1 pasang pada setiap generasi kita tetaskan 3 X, lalu dari situ dilakukan seleksi untuk menentukan 1 pasang yg akan melanjutkan karakter moyangnya (ancestors). Semakin banyak pilihan yg akan diseleksi, akan semakin bagus.

5. Hasil inbreeding selalu ditandai dengan ciri-ciri kehilangan vitalitas (ayam hasil inbreeding menunjukkan gejala penurunan vitalitas). Prof. Anker bahkan menegaskan bahwa semakin besar hilangnya vitalitas pada ayam hasil in-breeding berarti effek dari inbreeding itu lebih bagus
Ayam hasil inbreeding tidak cocok untuk tarung, tapi hanya cocok untuk menjadi indukan (orang eropa biasanya beli burung bukan untuk dimainkan tapi untuk breeding). Turunanya nanti yang dimainkan.
Vitalitas yang hilang itu akan didapatkan kembali apabila hasil inbreeding di-cross dengan ayam lain. Inbreeding dimaksudkan untuk membangun sifat-sifat yang akan selalu diturunkan kepada turunannya (offspring), sedangkan cross-breeding untuk menambah sifat-sifat/ karakter yang sudah ada seperti menambah vitalitas, karakter dan kekuatan.
Dengan in-breeding kita bisa memperbaiki kualitas yang jelek. In-breeding adalah pengurangan variasi atau keragaman. Semakin banyak/sering suatu darah tertentu (strain) dilakukan in-breed maka turunannya akan mirip satu sama lain.
Menjodohkan bapak dan anaknya yg cewek atau ibu dengan anaknya yg cowok lebih efektif hasilnya dari pada menjodohkan kakak dengan adiknya (meskipun sama-sama in-breeding tapi sepertinya dampaknya berbeda).

Sejak anakan menetas sampai umur 4 bulan merupakan masa pembentukan phisik ayam bangkok, di umur-umur inilah kita seharusnya dapat memberikan konsumsi pangan dan kebebasan gerakan yang maksimal. Bila tidak, maka upaya membesarkan ayam akan menjadi sia-sia.
Anakan yang memiliki konsumsi pangan dan gerakan yang minim di umur sampai dengan 4 bulan akan memiliki postur dan kekuatan phisik yang tidak maksimal sehingga tidaklah layak untuk diturunkan di gelanggang

Kutipan artikel dari http://papaji.forumotion.com/forum.htm

Mengawinkan sepasang Ayam Bangkok

Bukanlah pekerjaan yang sulit, terutama bagi peternak yang sudah berpengalaman. Hal yang sulit adalah mencari bakal Pejantan dan Indukan yang berkualitas tinggi. Mengawinkan induk bisa dilakukan di kandang umbaran atau dengan sistem kawin tembak (doddogan). Caranya induk betina dipegangi, lalu induk jantan akan mengawini si betina. Cara ini terkenal paling efektif dan cepat menghasilkan keturunan. Induk jantan yang baik biasanya tidak terlalu sulit dikawinkan dengan cara dogdogan. Jika induk jantan tidak mau mengawini induk betina dengan cara dogdogan, sebaiknya induk jantan dan induk betina dikawinkan di dalam kandang umbaran.

Satu ekor pejantan bisa mengawini 3-4 induk betina. Perkawinan juga bisa dilakukan secara inseminasi buatan, tetapi cara ini jarang dilakukan karena cara perkawinan alamiah terhitung cukup gampang dilakukan dan tidak perlu mengeluarkan biaya khusus untuk membeli peralatan inseminasi.

Induk yang telah dikawinkan akan bertelur seminggu setelah dikawinkan. Induk betina ayam bangkok bertelur terbatas, tidak lebih dari 20 butir setiap periodenya. Hal ini berbeda dengan ayam kampung yang bisa bertelur sampai 40 butir untuk setiap periode. Telur-telur tersebut bisa dierami oleh induknya atau ditetaskan di dalam mesin tetas. Untuk usaha skala kecil, penetasan bisa dilakukan oleh induknya, tetapi untuk usaha berskala besar, terutama peternakan yang menjual anakan (DOC), penetasan dengan mesin tetas dapat mempercepat kapasitas produksinya.

Anak ayam menetas setelah dierami oleh induknya selama 21 hari atau sama dengan penetasan menggunakan mesin tetas. Anak ayam yang baru menetas bisa ditempatkan dikandang postal setelah berumur dua hari. Kandang postal anak ayam dilengkapi dengan pemanas yang berfungsi sebagai induk buatan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengawinkan ayam bangkok adalah tidak mengawinkan saudara sekandung (berinduk sama). Namun perkawinan antara induk (F1) dan anak (F2) masih diperkenankan. Begitu juga dengan perkawinan antara induk (F1) dan cucu (F3).

Selasa, 16 Maret 2010

Ayam dan Antibiotik Ibarat pisau bermata dua

Antibiotik telah menjadi salah satu bagian yang mendukung produktivitas ayam petarung dan pertumbuhan. Penggunaan antibiotik telah menjadi suatu kebutuhan dalam menjaga maupun memulihkan kesehatan ayam kesayangan kita.

Kompleksitas penyakit yang menyerang menuntut kita menggunakan antibiotik secara tepat. Pemahaman kita mengenai antibiotik, baik karakter atau sifatnya sampai hal-hal yang berpengaruh terhadap daya kerja antibiotik haruslah kita optimalkan.

Penggunaan antibiotik bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua. Disatu sisi antibiotik ini akan memberikan manfaat dikala diberikan secara tepat, namun bukan hal yang tidak mungkin pemakaiannya juga akan menimbulkan efek negatif, misalnya saja keracunan, disaat antibiotik diberikan secara kurang tepat.

Makna Antibiotik

Antibiotik bisa berarti zat aktif yang berasal dari mikroorganisme ataupun sintesis (buatan) yang dapat digunakan dalam konsentrasi rendah untuk menghambat atau membunuh organisme, baik bakteri, Mycoplasma maupun protozoa. Secara khusus antibiotik digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi. Antibiotik bekerja dengan cara menekan atau memutus mata rantai metabolisme dalam tubuh mikroorganisme. Berbeda dengan desinfektan yang membasmi bibit penyakit dengan menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi bibit penyakit tersebut.

Karakteristik suatu antibiotik yaitu memiliki aktivitas menghambat (bakteriostatik) atau membunuh (bakterisid) mikroorganisme patogen. Toksisitas antibiotik juga bersifat selektif, dimana antibiotik ini aman bagi ayam petarung namun bersifat racun (toksik) bagi mikroorganisme patogen.

Antibiotik dalam dosis tepat akan mampu secara aktif membunuh bibit penyakit dan mempunyai indeks terapi yang relatif aman. Indeks terapi diperoleh dari perbandingan dosis yang mengakibatkan kematian atau membahayakan (lethal dose) dibandingkan dosis yang efektif untuk membasmi penyakit (effective dose). Nilai indeks terapi yang semakin tinggi menunjukkan antibiotik semakin aman bagi ayam. Hal ini dapat diartikan antibiotik memiliki dosis membahayakan yang sangat tinggi dan dengan dosis yang kecil antibiotik telah efektif membasmi bibit penyakit.
Dalam dunia perayaman antibiotik dapat digunakan untuk pengobatan atau pencegahan penyakit.

Kelompok Antibiotik


Antibiotik-antibiotik itu bisa diklasifikasikan ke dalam setidaknya tiga kelompok antibiotik berdasarkan spektrum kerja, sifat maupun struktur kimia.
Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
Berspektrum sempit
Kelompok antibiotik ini hanya bekerja aktif terhadap bakteri tertentu, yaitu Gram (+) atau Gram (-) saja.
Sebagai contohnya golongan peptida yang hanya bekerja aktif pada bakteri Gram (-). Golongan makrolida juga memiliki spektrum kerja sempit, hanya efektif untuk bakteri Gram (+) dan Mycoplasma. Sediaan antibiotik ini relatif jarang ditemukan, biasanya antibiotik ini diformulasikan berkombinasi dengan antibiotik lain sehingga memiliki spektrum yang lebih luas. Tysinol dan Tyfural merupakan contoh sediaan yang mengandung antibiotik dengan spektrum kerja sempit.
Antibiotik dengan spektrum kerja sempit hendaknya digunakan saat diagnosa penyakit telah dipastikan. Dan daya kerja antibiotik ini akan lebih optimal jika penyakit disebabkan oleh satu jenis bakteri.

Berspektrum luas
Antibiotik ini memiliki kemampuan membunuh beberapa macam bakteri, yaitu Gram (+) sekaligus Gram (-) dan juga Mycoplasma serta protozoa. Antibiotik golongan ini biasanya digunakan pada saat gejala ayam sakit belum spesifik atau sebagai upaya pencegahan serangan penyakit pada saat kondisi kandang tidak nyaman. Ayam yang terserang komplikasi beberapa jenis bakteri juga bisa diatasi dengan pemberian antibiotik dengan spektrum luas ini.
Fluoroquinolon, tetrasiklin dan sulfonamida merupakan golongan antibiotik yang memiliki spektrum kerja luas. Produk Medion yang memiliki spektrum kerja luas antara lain Proxan-C, Proxan-S, Neo Meditril, Trimezyn, Sulfamix atau Vita Tetra Chlor.

Berdasarkan sifatnya, antibiotik dibedakan menjadi bakteriostatik dan bakterisid. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri melalui mekanisme hambatan sintesis protein. Pemberian antibiotik ini akan menekan konsentrasi atau jumlah bakteri yang menginfeksi sehingga berada dibawah batas konsentrasi untuk menimbulkan gejala klinis.
Lain halnya dengan antibiotik bakterisid yang bekerja membunuh bakteri. Mekanisme kerjanya dengan menghambat pembentukan dinding sel dan membran sel maupun menghambat pembentukan DNA atau inti sel.
Antibiotik yang bersifat bakteriostatik antara lain golongan makrolida, tetrasiklin, sulfonamida dan diaminopirimidin yang terdapat pada Tyfural, Coxy atau Doxyvet. Aminoglikosida, fluoroquinolon, penisilin dan peptida merupakan golongan antibiotik yang bersifat bakterisid. Contoh produknya antara lain Gentamin, Vet Strep, Proxan-C dan Neo Meditril.

Penisilin


Penisilin merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid (membunuh). Turunan terbaru dari antibiotik yang ditemukan pertama kali pada tahun 1928 tersebut efektif membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-). Antibiotik hasil penemuan Fleming ini mudah diserap oleh tubuh melalui usus dan cepat masuk ke darah.
Antibiotik -laktam ini bekerja pada dinding sel bakteri yang termasuk antibiotik dan berikatan dengan penicillin binding protein. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati. Amoxitin dan Ampicol mempunyai kandungan aktif antibiotik ini.

Aminoglikosida
Antibiotik yang mengandung amino dan glikosida ini bekerja secara langsung pada ribosom bakteri, membran sel dan menghambat sintesa protein sehingga bakteri akan mati (bakterisid). Antibiotik ini tidak bisa diserap melalui usus sehingga untuk tujuan pengobatan yang bersifat sistemik aplikasinya dilakukan secara injeksi (suntikan), baik subkutan (bawah kulit) maupun intramuskuler (tembus dinding atau otot).
Saat diberikan, antibiotik ini akan bekerja optimal membasmi bakteri Gram (+) dan Gram (-). Hanya saja saat terjadi gangguan ginjal, seperti pada kasus infeksi Gumboro maupun infectious bronchitis (IB) pemakaian antibiotik ini hendaknya dihindari karena akan memicu kerusakan ginjal yang lebih parah. Contoh obat yang mengandung antibiotik golongan aminoglikosida adalah Gentamin, Kanamin dan Vet Strep.

Fluoroquinolon

Antibiotik ini mulai dikenal tahun 1962 oleh Lesher. Pada aplikasinya, sediaan obat yang mengandung antibiotik golongan fluoroquinolon banyak tersedia. Proxan-S, Proxan-C, Neo Meditril, Doctril dan Coliquin merupakan contoh sediaan antibiotik dari golongan fluoroquinolon.
Ketika “kontak” dengan bakteri, flouroquinolon akan menyerang inti sel (DNA) bakteri dengan menghambat enzim DNA gyrase. Mekanisme ini akan mengakibatkan bakteri mati (bakterisid). Antibiotik ini memiliki spektrum kerja yang luas, baik terhadap bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.
Aplikasi pemberiannya dapat dilakukan secara oral (melalui saluran pencernaan) maupun injeksi, baik subkutan atau intramuskuler. Agar obat bekerja optimal hindari adanya mineral/logam seperti Ca2+, Mg2+ dan Al3+ dalam air minum yang digunakan untuk melarutkan obat karena bisa menurunkan penyerapan obat di saluran pencernaan.

Peptida
Antibiotik ini bekerja aktif membunuh (bakterisid) bakteri Gram (-) dengan cara merusak atau menghambat membran sel. Antibiotik golongan ini tidak diserap oleh usus sehingga lokasi kerjanya bersifat lokal. Obat yang hanya mengandung antibiotik golongan peptida relatif jarang, biasanya dikombinasikan dengan golongan lain untuk meningkatkan potensi dan spektrum kerjanya, seperti Amoxitin dan Tycotil.

Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dengan cara menghambat sintesis protein dengan berikatan pada ribosom 30S. Antibiotik yang ditemukan pertama kali oleh Lloyd Conover ini memiliki spektrum kerja yang luas, dimana bisa mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan Mycoplasma.
Cara aplikasi antibiotik golongan tetrasiklin bisa dilakukan melalui oral maupun suntikan (subkutan atau intramuskuler). Hanya saja jika diberikan melalui oral sebaiknya memperhatikan kandungan logam Ca2+, Mg2+ dan Al3+ karena dapat menurunkan daya serap saat berada di usus. Feed supplement yang mengandung mineral sebaiknya diberikan pada waktu yang berbeda dengan pemberian antibiotik fluoroquinolon dan tetrasiklin, misalnya pemberian antibiotik pada pagi hingga sore hari dan supplement pada malam hari atau setelah pengobatan berakhir.
Medion telah memproduksi obat dengan kandungan antibiotik dari golongan tetrasiklin, diantaranya Doxyvet, Koleridin maupun Vita Tetra Chlor.
Sulfonamida
Sulfamix, Coxy, Trimezyn dan Respiratrek adalah produk Medion yang mengandung antibiotik dari golongan sulfonamida. Antibiotik yang ditemukan Gerhard Domagk ini telah dikenal luas oleh masyarakat, termasuk masyarakat peternakan.
Antibiotik ini bersifat bakteriostatik, yaitu bekerja menghambat pertumbuhan bakteri. Mekanismenya melalui hambatan pada sintesis asam folat sehingga mengganggu perkembangan bakteri. Saat diberikan pada ayam baik secara oral maupun suntikan (subkutan, intramuskuler), antibiotik yang telah digunakan sejak 1933 ini akan mampu mengatasi infeksi bakteri Gram (+), Gram (-) dan protozoa. Agar daya kerja lebih optimal, saat pemberian obat dengan kandungan antibiotik ini sebaiknya tidak diberikan suplemen berupa vitamin B dan atau asam amino. Selain itu, saat ayam mengalami gangguan ginjal sebaiknya penggunaan antibiotik ini dihindari.

Diaminopirimidin

Antibiotik golongan ini bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari antibiotik ini ialah menghambat sistesis (pembentukan) asam folat. Pemberiannya efektif untuk mengatasi serangan bakteri Gram (+) dan Gram (-). Aplikasinya dapat dilakukan secara oral maupun suntikan, baik subkutan maupun injeksi.


Antibiotik ini biasanya dikombinasikan dengan golongan sulfonamida untuk meningkatkan daya kerjanya dan menurunkan tingkat resistensi bakteri terhadap kedua antibiotik ini. Kedua antibiotik ini memiliki mekanisme kerja yang sinergis, saling menguatkan. Trimezyn, Respiratrek, Erysuprim dan Antikoksi ialah produk Medion yang mengandung kombinasi kedua antibiotik tersebut.

Golongan antibiotik yang telah disebutkan sebelumnya bisa diformulasikan dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Tujuan kombinasi ini antara lain meningkatkan daya kerja dan spektrum kerja, menurunkan efek samping serta meminimalkan terjadinya resistensi. Hanya saja kombinasi ini tidak serta merta bisa dilakukan, alih-alih kombinasi yang tidak sesuai akan menurunkan daya kerjanya. Syarat kombinasi antibiotik ini haruslah dapat tercampur secara fisik, kimia dan farmakologi.
Tercampur secara fisik artinya kedua antibiotik dapat tercampur homogen
Tercampur secara kimia : saat antibiotik dicampurkan tidak terjadi reaksi kimia yang merugikan diantara keduanya, yang biasanya ditandai dengan perubahan warna yang berbeda dari kedua warna produk, adanya endapan atau terbentuknya gas
Tercampur secara farmakologi yaitu tidak terjadi interaksi antara kedua antibiotik yang menyebabkan turunnya potensi atau meningkatnya efek samping atau toksisitas
Melihat persyaratan tersebut, alangkah lebih baiknya jika kita membatasi pencampuran antibiotik yang dilakukan sendiri, tanpa pengetahuan yang lengkap. Bukan sebuah keniscayaan jika kombinasi antibiotik tidak tepat malah akan menurunkan potensi atau daya kerjanya. Sebagian besar produk obat Medion telah tersedia dalam bentuk kombinasi sehingga kita bisa menggunakan produk yang sudah ada.

Aplikasi Antibiotik

Pengetahuan kita mengenai antibiotik menjadi dasar kita untuk memilih obat yang tepat. Agar antibiotik ini bekerja secara optimal kita hendaknya memahami mengenai prinsip pengobatan, yaitu :

Obat harus sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang
Setiap obat memiliki efek yang berbeda dan spesifik untuk setiap penyakit. Bagaimanapun baiknya cara pemberian obat, tetapi bila kita salah dalam memilih jenis obat, maka tidak akan diperoleh efek pengobatan yang diinginkan. Contoh : Pengobatan dengan Ampicol atau Amoxitin untuk mengatasi penyakit CRD tidak akan berhasil karena bakteri penyebab CRD, yaitu Mycoplasma gallisepticum tidak punya dinding sel sebagai reseptor Ampicol atau Amoxitin. Sebaiknya obat yang diberikan dari golongan tetrasiklin seperti Doxyvet karena kemampuannya menghambat sintesis protein pada reseptor M. gallisepticum (ribosom 30S)


Obat bisa mencapai organ sakit atau lokasi kerja
Pemilihan rute pengobatan menjadi hal yang penting untuk memastikan obat dapat mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan. Untuk mengobati penyakit infeksi pernapasan yang parah dan diinginkan efek segera, maka rute parenteral (injeksi atau suntikan) menjadi pilihan utama. Bila tidak tersedia sediaan parenteral, maka sediaan oral melalui cekok atau air minum dengan kandungan obat yang mempunyai efek sistemik dapat menjadi alternatif pilihan. Dengan memilih dan mengaplikasikan rute pengobatan yang benar, maka kemungkinan obat rusak atau tereliminasi sebelum mencapai organ target dapat diminimalisasi

Obat mencapai kadar yang cukup
Untuk menghasilkan efek pengobatan, obat harus mencapai kadar efektif minimum atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Sebelum obat mencapai MIC, obat tidak akan bekerja menghasilkan efek pengobatan.
Kadar obat di dalam tubuh dipengaruhi oleh kondisi alamiah tubuh ayam sendiri, dimana ayam mempunyai respon yang berbeda terhadap obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya. “Nasib” obat di dalam tubuh ayam dapat diketahui melalui uji farmakokinetik. Para apoteker dan dokter hewan menggunakan hasil uji farmakokinetik tersebut sebagai dasar penentuan dosis sehingga obat dapat mencapai organ target dalam jumlah yang cukup melalui rute pengobatan tertentu

Obat mampu bertahan dalam waktu yang cukup
Secara alami, kadar obat di dalam tubuh ayam akan berkurang dalam jangka waktu tertentu (dieliminasi dari tubuh). Ada parameter penting yang berhubungan dengan kecepatan eliminasi obat, yaitu waktu paruh. Waktu paruh yang diberi simbol T1/2 merupakan waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50% dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang. Pada aplikasinya, obat dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, misalnya diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah.

Oleh karena itu, saat melakukan pengobatan kita harus tepat dalam mendiagnosa penyakit, memilih jenis obat, menentukan rute pemberian obat (oral, suntikan) maupun dosis dan lama pemberian obat sesuai dengan dosis dan aturan pakai yang tercantum pada etiket atau leaflet.
Beberapa hal yang harus dihindari saat proses pengobatan agar daya kerja atau keampuhan obat tetap optimal diantaranya mencampur obat dengan desinfektan karena dapat menurunkan potensi bahkan merusak obat. Hindari pula penggunaan air dengan kualitas rendah. Air minum dengan kesadahan tinggi akan mengakibatkan terbentuknya senyawa kompleks dengan tetrasiklin. pH air minum yang tinggi dapat menyebabkan Doxyvet, Amoxitin maupun Trimezyn mengendap sedangkan pH yang rendah akan mengendapkan Respiratrek.
Antibiotik bisa diibaratkan pisau bermata dua. Aplikasi yang tepat akan menghasilkan efek menekan atau membasmi bibit penyakit, namun diberikan sembarangan akan merugikan ayam kesayangan kita , Antibiotik harus diberikan secara tepat agar daya kerjanya optimal.
bersumber dari Info Medion

Minggu, 14 Maret 2010


Pertemuan komunitas Para hobbies ayam petarung di Kota medan dan sekitarnya dibawah payung Forum PAPAJI..mengadakan Kopi darat untuk meningkatkan tali silahturahim . temuh ramah tersebut mencerminkan Para Hobbies di Kota Medan dan sekitarnya masih Menjunjung tinggi seni tarung ayam dengan melaksanakan Abar Bareng tanpa ada Praktek perjudian . acara yang demikian tertib dan sangat familier walaupun selama ini komunitas ini hanya akrab di dunia maya.sebagai ketua Komunitas memberi arahan yang positif serta melestarikan Seni budaya bangsa ,yang belakangan ini mendapat stigma negatif sejak abab 19 . adanya komunitas ayam petarung ini untuk mengarahan para hobies sebagai peternak ayam petarung .hobby yang mempunyai sisi positif.

Senin, 01 Maret 2010

Ketika memilih seokar ayam lancur / muda ,yang harus menjadi pertimbangan adalah:
1. Memilih ayam yang ukuran yang sesuai ( ukuran 6 keatas ).
2. Tulang dada ( furcula ) tebal dan lebar tulang dada( Coracoid ) panjang dan tebal sehingga dada menjadi bidang .
3. Pada tulang leher ( cervival vertebra ) ada 14 ruas rongga antara ruas rapat degan ukurannya besar terutama pada pangkal leher serta rapat dengan coracoid .
4. Tulang sayap pangkal sayap( Humerus ) , tebal dan kokoh .
5. Tulang sayap ruas kedua terdapat 2 bagian ( radius ) lebih kecil sedikit dari pada ulna . kedua tulang ini lebar juga harus tebal .
6. Tulang sayap ruas ketiga juga terdapat dua bagian ( Carpometacarpus ) dan yang paling ujung Phalanges . sayap ini lebih panjang lebih bagus.
7. Bentuk sayap tertutup terlipat seperti kerang ukuran bulu sayap panjang sampai ke pangkal ekor .
8. Tulang iga ( Ribs ) tebal dan jaraknya rapat .
9. Tulang paha atas dinamakan FĂ©mur lebih pendek dari tulang paha bahwa yang dinamakan tibiotarsus ,bila dipegang bulat dan pipih.
10. Tulang betis ( tarsometatarsus ) lebih pendek dari Tibiotarsus tulangan besar dan kokoh .bentuk kaki bulat dan kering . sisik rapi .
11. Jari kaki ( phalanges ) panjang dan halus serta bulat .
12. Tulang supit ( Pelvic ) tebal dan rapat
13. Brutu atau pangkal ekor besar rapat , bulu ekor panjang lebat dan panjang .
14. Tulang kepala ( cranium ) bentuk kepala seperti buah pinang .
15. Patuk/ paruh atas ( upper mandible ) panjang ,tebal berparit .
16. Patuk / paruh bahwa ( lower mandible ) sama dengan patuk atas tebal dan patuk dapat tertutup rapat .
17. Panjang badan panjang . pegangan pada ayam bibagian pinggang bulat .
18. Bahu sedikit terangkat keatas / kuncup
Memang sulit medapatkan ayam yang cirinya yang tersebut diatas.